Senin, 15 Juni 2009

Kaisar Jepang

KAISAR JEPANG


1.Akihito
Akihito (明仁), (lahir 23 Desember 1933), adalah kaisar Jepang ke-125, yang memerintah sejak tahun 1989, menggantikan ayahnya kaisar Hirohito yang meninggal dunia.
Akihito merupakan putra pertama dan merupakan anak kelima kepada Kaisar Showa (
Hirohito) dan Maharani Kojun (Nagako). Bergelar Tsugo no miya (継宮; Putra Tsugo) semasa kanak-kanak, beliau dibesarkan dan diajar oleh guru privat dan kemudian belajar di Sekolah Dasar Anak Laki-laki dan Sekolah Menengah ketika itu, Peers' School (Gakushuin selepas 1947), 1940-52. Ia dipisahkan dari keluarganya pada usia tiga tahun.
Ketika kota
Tokyo dibom oleh pihak Amerika pada Maret 1945, beliau dan saudara mudanya, Pangeran Masahito (sekarang Pangeran Hitachi), dipindahkan dari Tokyo. Ketika masa pendudukan Amerika selepas Perang Dunia II, Pangeran Akihito belajar Inggris dengan Elizabeth Gray Vining sebagai gurunya. Pangeran Akihito kuliah sebentar di Jurusan Ilmu Politik di Universitas Gakushuin di Tokyo dan tidak menerima ijazah. Walaupun beliau merupakan putera mahkota Takhta Bunga Seruni dari 23 Disember 1933, perlantikan resmi sebagai Pangeran (Rittaishi no Rei) berlangsung pada 10 November 1951 di Istana Kaisar.
Pada Juni 1953, Pangeran Akihito mewakili Jepang sebagai utusan dalam upacara pelantikan Ratu
Elizabeth II Britania Raya. Pada 10 April 1959, dia menikah dengan Michiko Shoda (lahir 24 Oktober 1934), anak perempuan Shoda Hidesaburo, presiden komisaris Industri Tepung Nisshin. Perkawinan tersebut menerobos tradisi karena Michiko Shoda bukan seorang keturunan bangsawan yang pertama yang menikah dengan keluarga kerajaan. Selepas itu, Pangeran Akihito dan Pangeran Michiko mengadakan kunjungan resmi ke 37 negara. Pangeran Akihito naik takhta setelah Kaisar Hirohito wafat pada 7 Januari 1989 dan secara resmi menjadi kaisar Jepang yang ke 125 pada 12 November 1990.
Semenjak naik takhta kekaisaran, Kaisar ini berusaha untuk mendekatkan keluarga Kaisar dengan masyarakat Jepang. Ia mengadakan kunjungan resmi ke 18 negara, termasuk ke 47
prefektur di Jepang. Kaisar Akihito dan Ratu Michiko dikaruniai tiga putra: Pangeran Naruhito (lahir 23 Februari 1960), Pangeran Akishino (Fumihito, lahir 11 November 1965) dan Putri Sayako Nori (gelar, Nori no miya, atau Putri Nori, lahir 18 April 1969).
Era pemerintahannya dinamai "
Heisei".

2.Go-Daigo

Kaisar Go-Daigo (後醍醐天皇 ,Godaigo Tennō?) atau ditulis Kaisar Godaigo (26 November 1288 - 19 September 1339) adalah Kaisar Jepang ke-96. Nama aslinya (imina) adalah Takaharu (尊治 ?). Berdasarkan dekrit kaisar tahun 1926, Kaisar Go-Daigo tidak lagi disebut sebagai Kaisar Jepang ke-95, melainkan Kaisar Jepang ke-96.
Biografi
Kaisar Go-Daigo dilahirkan
26 November 1288 (Shōō tahun 1 bulan 11 hari 2) sebagai putera kedua kaisar ke-91 Kaisar Go-Uda dari garis keturunan Daikaku-ji. Pengangkatan dirinya sebagai pangeran dilakukan tahun 1302. Pada tahun 1304 diangkat sebagai Dazai no Sochi (kepala kantor Dazaifu), sehingga dipanggil Sochinomiya. Ibu kandungnya bernama Fujiwara no Tadako alias Dantenmon-in, putri anggota majelis tinggi bernama Itsutsuji Tadatsugu yang menjadi putri angkat Naidaijin bernama Kazan-in Moritsugu.
Ia ditunjuk sebagai
putra mahkota pada tahun 1308 oleh Kaisar Hanazono dari garis keturunan Jimyō-in, dan naik tahta di usia 31 tahun sebagai Kaisar Go-Daigo pada tahun 1318. Namun, selama tiga tahun pertama masa pemerintahannya, Kaisar Go-Daigo hanya menjadi kaisar tituler. Ayah kandungnya, mantan Kaisar Go-Uda menjalankan sistem pemerintahan dari balik biara.
Dalam silsilah kekaisaran, Kaisar Go-Daigo dilahirkan dari percabangan garis keturunan utama. Sejak awalnya, faksi garis keturunan Daikaku-ji hanya menobatkan Kaisar Go-Daigo sebagai pejabat sementara kaisar. Setelah putera mahkota bernama
Pangeran Kuniyoshi (anak almarhum Kaisar Go-Nijō) beranjak dewasa, Kaisar Go-Daigo harus turun tahta.
Kedudukan Kaisar Go-Daigo yang hanya sekadar pejabat sementara kaisar menyebabkan anak keturunannya tidak berhak atas tahta. Ia sendiri tidak menyangka bahwa dirinya hanya dijadikan kaisar tituler bagi mantan Kaisar Go-Uda yang memerintah dari balik biara. Kekecewaan Kaisar Go-Daigo membuat dirinya semakin antipati terhadap
Keshogunan Kamakura yang menentukan jalannya suksesi kekaisaran.
Pada tahun
1324, kantor Rokuhara Tandai yang memata-matai istana kaisar mengungkap rencana Kaisar Go-Daigo untuk menggulingkan Keshogunan Kamakura. Pembantu Kaisar Go-Daigo yang paling dipercaya, Hino Suketomo dijatuhi hukuman buang ke Pulau Sado dan terjadi Pemberontakan Shōchū. Walaupun terlibat, Kaisar Go-Daigo tidak menerima hukuman apa-apa. Secara diam-diam, rencana menggulingkan Keshogunan Kamakura kembali disusun. Kali ini dengan bantuan biksu Monkan dari kuil Daigo-ji dan biksu Enkan dari kuil Hosshō-ji yang dijadikan pembantu pribadinya.
Pada tahun
1329, Kaisar Go-Daigo melangsungkan upacara mengirim teluh ke Keshogunan Kamakura dengan kedok upacara mendoakan keselamatan istri kaisar yang akan melahirkan. Selain itu, Kaisar Go-Daigo mendekati kekuatan perlawanan dari kuil-kuil Buddha dan Shinto di Nara yang dipimpin kuil Kōfuku-ji dan Enryaku-ji. Sementara itu, kalangan bangsawan istana yang mendukung garis keturunan Daikaku-ji mulai terbelah dua menjadi faksi pendukung Kaisar Go-Daigo dan faksi pendukung Pangeran Kuniyoshi. Di pihak yang berseberangan terdapat keluarga istana pendukung Pangeran Kuniyoshi dari garis keturunan Jimyō-in yang mendapat restu dari Keshogunan Kamakura. Akibatnya, pendukung garis keturunan Daikaku-ji berada dalam posisi sulit. Setelah Pangeran Kuniyoshi meninggal karena sakit, Kaisar Go-Daigo ditekan habis-habisan agar turun tahta.
Pada tahun
1331, rencana menggulingkan Keshogunan Kamakura kembali terungkap setelah dibocorkan bangsawan istana Yoshida Sadafusa yang dijadikan pembantu terdekat Kaisar Go-Daigo. Setelah mengetahui dirinya dalam bahaya, Kaisar Go-Daigo melarikan diri dari istana Kyoto dengan membawa Tiga Harta Suci. Bersama pendukungnya, Kaisar Go-Daigo bertahan di Gunung Kasagi (sekarang termasuk wilayah Prefektur Kyoto). Namun pasukan keshogunan yang mengepungnya jauh lebih kuat, dan Kaisar Go-Daigo ditangkap. Peristiwa ini sering dikenal sebagai Perang Genkō.
Tahun berikutnya (
1332), Kaisar Go-Daigo dibuang ke Pulau Oki. Sebagai penggantinya, keshogunan menobatkan Kaisar Kōgon dari garis keturunan Jimyō-in sebagai kaisar yang baru. Keshogunan memang sudah sejak lama mempersiapkan Kaisar Kōgon sebagai pengganti almarhum Pangeran Kuniyoshi. Sementara itu, Pangeran Morinaga (putra Kaisar Go-Daigo) bersama Kusunoki Masashige asal Provinsi Kawachi dan Akamatsu Norimura (Enshin) asal Provinsi Harima melancarkan pemberontakan di berbagai daerah. Di tengah keadaan kacau, Go-Daigo melarikan diri dari pembuangannya di Pulau Oki dengan bantuan Nawa Nagatoshi dan anggota klan Nawa. Perlawanan untuk menumbangkan keshogunan dipimpin Go-Daigo dari Gunung Senjō, Provinsi Hōki. Keshogunan Kamakura mengirim Ashikaga Takauji untuk menghancurkan perlawanan Go-Daigo, namun Takauji membelot ke pihak Go-Daigo dan menghancurkan Rokuhara Tandai di Kyoto. Sementara itu, Nitta Yoshisada menyerang Kamakura dan menewaskan Hōjō Takatoki beserta anggota keluarga klan Hōjō

3.Hirohito

Hirohito (lahir di Puri Aoyama, Tokyo, Jepang, 29 April 1901 – wafat 7 Januari 1989 pada umur 87 tahun) adalah kaisar Jepang yang ke-124. Dalam sejarah Jepang dia adalah Kaisar terlama yang memerintah (1926-1989) dan merupakan salah satu tokoh penting pada masa Perang Dunia II dan pembangunan kembali Jepang.
Biografi
Hirohito dilahirkan di
Puri Aoyama, Tokyo pada tanggal 29 April 1901. anak pertama dari Kaisar Yoshihito (Taisho) dan Ratu Sadako (Teimei), dan kakak dari Pangeran Yasuhito Chichibu (1903-1953), Pangeran Nobuhito Takamatsu(1905-1987) serta Pangeran Takahito Mikasa (1915- ). Sebelum naik takhta ia dikenal sebagai Pangeran Michi (Michi-no-Miya). Masa kekuasaannya sebagai kaisar dikenal sebagai era Showa yang berarti damai, cerah budi. Namun ironisnya, justru pada saat itu, Jepang terlibat perang melawan RRC dan akhirnya dalam Perang Dunia II. Di Indonesia, ketika masa pendudukan Jepang (1942-1945) Hirohito dikenal sebagai Tenno Heika yang berarti "Yang Mulia Kaisar".
Hirohito mengenyam pendidikan awal di
Gakushuin Peer's School dari April 1908 hingga April 1914, kemudian mendapatkan pendidikan khusus untuk putra mahkota (Togu-gogakumonsho) di Istana Akasaka dari tahun 1914 sampai Februari 1921. Mendapatkan karir sebagai letnan and sub-lieutnant (1st class) 9 Desember, 1912 pada Angkatan Darat Kekaisaran, kapten dan letnan (31 Oktober 1916, mayor dan wakil komandan (31 Oktober 1920)letnan kolonel dan komandan (31 oktober] 1923) dan kolonel dan komandan Angkatan Laut Kekasairan (Kaigun) (31 Oktober 1924). Ia diangkat menjadi putra mahkota secara resmi pada tanggal 16 November 1916. Pada tahun 1922 ia mengadakan kunjungan ke Inggris dan sejumlah negara negara Eropa. Kunjungan ini dianggap kelompok sayap kanan kontroversial sehingga menewaskan Perdana Menteri Hamaguchi.
Hirohito memiliki pengetahuan tentang penelitian
biologi laut dan beberapa hasil penelitiannya dituangkan dalam sejumlah buku di antaranya The Opisthobranchia of Sagami Bay dan Some Hydrozoans of the Amakusa Islands.
Hirohito menikah dengan Putri
Nagako, putri sulung Pangeran Kuniyoshi pada tanggal 26 Januari] 1924 dan dikaruniai 7 orang anak, Putri Teru Shigeko (1925-1961, Putri Hisa Sichiko(1927-1928), Putri Taka Kazuko (1929-1989), Putri Yori Atsuko(1931- ), Pangeran Akihito (1933- ), Pangeran Hitachi Masahito (1935 - ), Putri Suga Takako (1939 - ).
Ia dinobatkan menjadi kaisar pada tanggal
25 Desember 1926 setelah ayahnya Kaisar Taisho meninggal, dilantik secara resmi 10 November, 1928, di Kyoto.

Masa bertakhta
Pada masa ia bertakhta, Hirohito menyaksikan pertentangan di dalam negeri dan peperangan yang diawali dengan kericuhan di dalam negeri akibat pertentangan antara kelompok moderat dengan golongan kanan ulranasionalis yang disokong militer khususnya Angkatan Darat sebagai kekuatan terbesar pada saat itu. Akibatnya sejumlah pejabat tinggi, pengusaha dan tokoh-tokoh penting negara terbunuh dan puncaknya adalah insiden militer 26 Februari 1936, yang dipimpin oleh Letnan Kolonel
Saburo Aizawa serta 1500 prajurit. Peristiwa ini juga melibatkan pangeran Yashuhito Chichibu sehingga Kaisar Hirohito sendiri turun tangan dan memerintahkan pasukan Angkatan Bersenjata kekaisaran untuk menyelesaikan hal ini dan memastikan loyalitas dari seluruh keluarga kekaisaran. Meskipun demikian diam-diam insiden ini "direstui" oleh kalangan pimpinan Angkatan Darat terutama dari kalangan ultranasionalis. Oleh karena itu pada tahun 1930, klik ultranasionalis dan militer menguasai pimpinan pemerintahan.
Akhirnya, pada masanya Jepang tercatat terlibat peperangan di antaranya
Insiden Manchuria 1931, Insiden Nanking 1937, dan Perang Dunia II dengan melancarkan serangan atas Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour 9 Desember 1941.

Hari Yang Terpanjang dan Akhir Perang
Menjelang akhir perang (
1945), Jepang sudah praktis kalah perang. Angkatan Lautnya bisa dikatakan hampir habis dan Angkatan Daratnya kewalahan. Namun pihak Angkatan Darat masih ingin melanjutkan peperangan. Rapat 6 Besar (Angkatan Darat Jendral Umezu,Angkatan Laut Admiral Toyoda, Kementrian Peperangan Jendral Korechika Anami, Menteri Luar Negeri Shinegori Togo, Perdana Menteri Suzuki Kantaro, Kementrian Angkatan Laut Admiral Yonai Mitsumasa) macet. Muncul pula ancaman pemberontakan komunis yang dikhawatirkan beberapa pejabat teras kekaisaran. Lambannya penanganan masalah ini ditambah dengan dijatuhkannya bom atom di Hiroshima (6 Agustus 1945), Nagasaki (9 Agustus 1945) serta pernyataan perang Uni Soviet (yang sebelumnya netral karena perjanjian Molotov-Matsuoka dengan batas akhir April 1946) sesaat setelah dijatuhkannya bom atom di Nagasaki, membuat Kaisar memerintahkan untuk menghentikan peperangan pada konfrensi 6 Besar yang dikatakan pada tanggal 10 Agustus 1945:
"Meneruskan peperangan hanya akan menambah kesengsaraan rakyat Jepang, kondisi negara tidak akan mampu untuk bertahan cukup lama dan kemampuan mempertahankan persisir pantai saja sudah diragukan. Sangat sulit melihat tentara yang setia dilucuti ..tetapi saatnya untuk menanggung apa yang tidak tertanggungkan. Saya menyetujui proposal untuk menerima proklamasi Sekutu (Potsdam) yang garis besarnya ada di menteri luar negeri"
Karena desakan kaisar inilah akhirnya Jepang menyatakan menyerah pada tanggal
14 Agustus 1945.

Kaisar setelah perang
Setelah Perang Asia (Dai Toa Senso) selesai, banyak desakan agar kaisar Hirohito diadili sebagai penjahat perang. Ada banyak keterangan kontroversial mengenai keterlibatannya dalam perang baik sebelum maupun pada saat Perang Dunia II. Di antaranya adalah
David Bergammi dalam bukunya Japan Imperial Conspiracy yang mengatakan bahwa kaisar terlibat dalam perencanaan perang. Namun banyak pula yang tidak setuju dengan alasan bahwa dia hanyalah sebagai simbol dan pemimpin agama sebagaimana kaisar-kaisar periode sebelumnya Shogun sekalipun pada saat itu berkedudukan sebagai komando tertinggi.
Menteri Peperangan
Amerika Serikat Henry Stimson mengatakan "Tidak menurunkan kaisar Jepang dari takhtanya akan memudahkan proses penyerahan dan menghindarkan peperangan yang dapat merugikan khususnya pasukan pendudukan, yang kita lakukan terhadap Kaisar Jerman pasca Perang Dunia I sehingga publik menganggap kaisar Jerman adalah musuh, setan (devil), mengakibatkan kekosongan kekuasan dan tata pemerintahaan di wilayah itu sehingga memunculkan Adolf Hitler".
Sekalipun banyak desakan dari berbagai pemimpin dunia agar Kaisar Hirohito diadili, termasuk diantaranya Presiden Amerika Serikat
Harry S Truman meskipun akhirnya Presiden Trumman setuju untuk mempertahankan kedudukan kaisar. Panglima pendudukan, Jendral Douglas McArthur juga tetap menempatkan Hirohito pada tahtanya sebagai simbol dan memperlancar pembangunan kembali Jepang dan simbol keterpaduan Kaisar dengan rakyatnya terutama pada masa pendudukan. Kedudukan Kaisar pada takhtanya didasarkan pada konstitusi baru yang diterapkan 3 Mei 1947 yang dinamakan Konstitusi Jepang 1947 atau konstitusi pasca perang yang menetapkan kaisar sebagai lambang atau simbol dan kepala negara sebagaimana kerajaan atau monarki konstitusional. Konstitusi ini menggantikan Konstitusi Jepang 1889 pada era Meiji dimana kaisar sebagai pemegang komando dan kekuasaan tertinggi.
Kaisar Hirohito menyaksikan kemajuan pembangunan Jepang pasca-perang. Ia mengunjungi kembali beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat dan bertemu Presiden
Richard Nixon pada tahun 1971.

Wafatnya
Kaisar Hirohito meninggal pada tanggal
7 Januari 1989 akibat penyakit kanker usus dua belas jari (duodenum) yang dideritanya. Pemakaman kenegaraannya dihadiri oleh para pemimpin dunia di antaranya Presiden Amerika Serikat George Bush, Presiden Perancis Francois Mitterand, HRH Duke of Edinburgh dari Inggris, dan Raja HM Baudouin dari Belgia, pada tanggal 24 Februari 1989. Jenazahnya dimakamkan di Mausoleum Kekaisaran Musashino, di samping makam Kaisar Taisho. Kedudukannya digantikan oleh Putra Mahkota Akihito.

4.Jimmu

Kaisar Jimmu (神武天皇 ,Jimmu Tennō?) (711 SM - 585 SM) adalah kaisar Jepang yang pertama, bertahta dari tahun 1 bulan 1 hari 1 (bulan 2 hari 11 660 SM) hingga tahun 76 bulan 3 hari 11 era Kaisar Jimmu). Nama kaisar ini sama dengan nama kaisar Jepang pertama seperti dikisahkan dalam mitologi Jepang menurut Kojiki dan Nihon Shoki.
Tanggal Kaisar Jimmu naik tahta sekarang diperingati setiap
11 Februari sebagai Hari Pembentukan Negara dan sebelum Perang Dunia II peringatan ini disebut Kigensetsu (hari Kaisar Jimmu naik tahta).
Silsilah
Kaisar Jimmu dilahirkan dari ayah bernama
Ugaya Fukiaezu, dan ibu bernama Tamayoribime.
Kaisar Jimmu adalah putra ke-4 menurut teks Kojiki serta Nihon Shoki jilid 1, 2, dan 4, tapi pada jilid 3 dikisahkan sebagai putra ke-3. Selain itu, kedua literatur ini juga tidak menyebutkan tanggal dan tahun lahir.
Ratu: Ahiratsuhime
Putra: Tagishimimi no mikoto
Putra: Kisumimi no mikoto (hanya menurut Kojiki)
Permaisuri: Himetataraisuzuhime (putri
Oomononushi)
Putra:
Hikoyai no mikoto
Putra:
Kamuyaimimi no Mikoto, leluhur klan Oo, Aso Kuni no miyatsuko, Shinano Kuni no miyatsuko, dan Hi Kuni no miyatsuko.
Putra: Kamununakawamimi no mikoto (
Kaisar Suizei)

Istana kaisar
Nama istana: Unebiyamakashihara no miya

Makam
Lokasi: Unebiyamaushitora no misasagi (sekarang disebut
Kashihara, Prefektur Nara)

Tahun naik tahta
Kekaisaran Yamato diperkirakan berdiri sekitar abad ke-3 hingga abad ke-4 Masehi, dan sejarawan memperkirakan Kaisar Jimmu tidak berasal dari sebelum Masehi. Walaupun demikian, tradisi di luar bidang ilmu menetapkan Kaisar Jimmu naik tahta di tahun 660 SM dan berkuasa selama 76 tahun sebelum wafat di usia 137 tahun pada 585 SM.

5.Yoshihito
Yang selanjutnya dikenal sebagai Kaisar Taisho (1879 - 1926) adalah Kaisar Jepang yang ke-123. Dilahirkan pada tanggal 31 Agustus 1879 di puri Aoyama, Tokyo anak ketiga dari Kaisar Meiji dan merupakan satu satunya anak laki-laki yang bertahan hidup. Ibu kandungnya adalah Yanagiwara Naruko, Istri Selir kaisar meskipun demikian Ratu Shoken (Haruko) dihormati selayaknya ibu kandungnya. Mendapatkan gelar Haru-no-miya Yoshihito Shinnō (Pangeran Haru).
Tiga minggu setelah dia lahir, Pangeran Haru didiagnosis menderita penyakit
meningitis yang membuat dia tidak begitu kuat baik fisik maupun mental (rumor yang beredar, karena keracunan timbal). Untuk menyelematkannya, dia diasuh oleh kerabatnya, Pangeran Nakayama Tadayasu hingga berusia 7 tahun. Guru pribadinya mengajarnya dan dipilih dari pengajar dari sekolah khusus Tōgō-gogakumonsho. Pada bulan September 1887 mengenyam pendidikan dasar di Peers' School, namun akhirnya kembali ke Tōgō-gogakumonsho' sebelum menyelesaikan sekolah lanjutan pada tahun 1893.
Yoshihito dinobatkan sebagai Putra Mahkota pada tanggal
3 November 1888. Pada tanggal 25 Mei 1900 Putra Mahkota Yoshihito menikah dengan Putri Sadako, putri dari Pangeran Kujo Mitchitaka [peer] dan diarunia empat orang putra ): Pangeran Michi-no-miya Hirohito (1901-1989), Pangeran Atsu-no-miya Yasuhito Chichibu (1903-1953), Pangeran Teru-no-miya Nobuhito Takamatsu(1905-1987) serta Pangeran Sumi-no-miya Takahito Mikasa (1915- ).
Pada tahun
1906, Putra mahkota mengadakan renovasi besar-besaran extensive kompleks Istana, yakni Istana Akasaka (Saat ini digunakan sebagai wisma tamu kenegaraan) dengan menggunakan gaya Eropa, rococo. Pada bulan Oktober 1907, mengunjungi Korea (Choson), diiringi Admiral Togo Heihachiro, Jendral Katsura Taro, dan Pangeran Arisugawa Taruhito. Yang tampaknya merupakan kunjungan satu-satunya ke luar negeri.
Putra Mahkota Yoshihito meneruskan ayahnya sebagai Kaisar pada bulan
Juli 1912 dan mengambil nama tahtanya Taisho (Kebenaran yang Agung).
Karena menderita penyakit meningitis yang merupakan bawaan sejak lahir, sejak tahun
1910,membuatnya tidak memungkinkan untuk emnunaikan tugas-tugas kekasisaran. Dia digantikan oleh Putra Mahkota Hirohito sebagai pemangku jabatan kekaisaran pada tanggal 25 November1921.
Kaisar Taisho mengalami stroke yang fatal stroke sehingga meninggal pada tanggal
25 Desember 1926 di Villa Kekaisaran di Hayama. Setelah dua hari upacara pemakaman pada tanggal 6 Februari-7 Februari, jenazahnya dimakamkan Musashino Imperial Mausoleum, sebelah barat Tokyo.shihito
6.Kammu

Kaisar Kammu (桓武天皇 ,Kammu-tennō?) (737806) adalah Kaisar Jepang ke-15, jika berdasarkan urutan yang lama. Masa pemerintahannya bermula dari tahun 781 hingga 806.[1]

Silsilah Keturunan
Sebelum menjabat menjadi kaisar, nama pribadinya (imina) adalah Yamabe-shinnō (Yama-no Bu-no shinno).
[2]
Yamabe merupakan anak laki-laki sulung dari Pangeran Shirakabe, yang kemudian menjadi Kaisar Kōnin.[3] Menurut Shoku Nihongi ( 続日本紀 ?), Ibu dari Yamabe, Yamato no Niigasa, kemudian menjadi Takano no Niigasa, adalah keturunan dari Raja Baekje Muryeong. Yamabe dilahirkan sebelum ayahnya diangkat menjadi kaisar.




0 komentar:

Posting Komentar

 

JAPANESE COUNTRY. Design By: SkinCorner